dua kuntum mawar dari bukit zamrud

dua kuntum mawar dari bukit zamrud

Sabtu, 29 Desember 2012

Kiat-kiat Meraih Doa Mustajab

Orang yang meninggalkan doa adalah orang yang paling merugi. Sebaliknya seorang yang berdoa tidak akan pernah merugi atas doa yang ia panjatkan, selama ia tidak berdoa untuk suatu dosa atau memutuskan tali silaturahim. Karena doa yang ia panjatkan pasti disambut oleh Allah, bisa dengan mewujudkan apa yang ia minta di dunia atau mencegah keburukan atas dirinya yang setara dengan apa yang ia minta atau menyimpannya sebagai pahala yang lebih baik baginya di akhirat kelak. Dalam sebuah hadits Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam bersabda,
مَا مِنْ أَحَدٍ يَدْعُو بِدُعَاءٍ إِلَّا آتَاهُ اللّٰهُ مَا سَأَلَ أَوْ كَفَّ عَنْهُ مِنَ السُّوءِ مِثْلَهُ مَا لَمْ يَدْعُ بِـإِثْمٍ أَوْ قَطِيعَةِ رَحِمٍ
“Tidak ada seorang yang berdoa dengan suatu doa kecuali Allah akan mengabulkan apa yang ia minta atau Allah menahan keburukan atas dirinya yang semisal dengan apa yang ia minta selama ia tidak berdoa untuk suatu perbuatan dosa atau untuk memutuskan tali silaturahim.” (HR at-Tirmidzi dan Ahmad. Dishahihkan oleh al-Albani dalam Shahih al-Jami’ (5678))
Oleh karena itu janganlah seorang hamba merasa keberatan meminta kepada Rabbnya dalam urusan-urusan dunianya, meskipun urusan yang sepele, terlebih lagi dalam urusan akhirat. Karena permintaan itu merupakan bukti ketergantungan yang sangat kepada Allah dan kebutuhannya kepada Allah dalam semua urusan. Karena Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam telah mengatakan,
إِنَّهُ مَنْ لَمْ يَسْأَلْهُ يَغْضَبْ عَلَيْهِ
“Sesungguhnya barang siapa yang tidak meminta kepada Allah, maka Allah akan marah kepadanya.” (HR at-Tirmidzi (3373) dan Ibnu Majah (3727) dari Abu Hurairah. Lihat Shahih at-Tirmidzi)
Oleh karena itu dahulu para salaf senantiasa berdoa kepada Allah sampai-sampai ada di antara mereka yang berdoa agar rasa garam bisa terasa pada makanannya.

Beberapa Kiat Meraih Doa Mustajab

1. Memasang niat yang benar dan ikhlas
Yaitu untuk melaksanakan ibadah kepada Allah dan menggantungkan kebutuhan kepada-Nya. Karena siapa saja yang menggantungkan hajatnya kepada Allah, niscaya ia tidak akan rugi selama-lamanya.
2. Memanjatkan doa dalam keadaan bersuci
Inilah yang dianjurkan dan lebih afdhal. Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam bersabda,
إِنِي كَرِهْتُ أَنْ أَذْكُرَاللهَ عَزَّوَجَلَّ إِلَّا عَلَى طُهْرٍ أَو قَالَ عَلَى طَهٰرَةٍ
“Sesungguhnya aku tidak suka menyebut nama Allah melainkan dalam keadaan suci (atau beliau mengatakan: dalam keadaan thaharah).” (Diriwayatkan Abu Dawud dan dishahihkan oleh al-Albani dalam ash-Shahihah (834))
Hanya saja jika seorang berdoa dalam kondisi tidak berwudhu hal itu tidak mengapa.
3. Mintalah kepada Allah dengan menengadahkan kedua telapak tangan
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam telah bersabda,
إِذَا سَأَلْتُمُ اللّٰهَ فَاسْأَلُوهُ بِبُطُونِ أَكُفِّكُمْ وَ لَا تَسْأَلُوهُ بِظُهُورِهَا
“Jika kamu meminta kepada Allah maka mintalah dengan menengadahkan telapak tangan dan janganlah kamu memintanya dengan menengadahkan punggung telapak tangan.” (HR Abu Dawud (1486) dari Malik bin Yasar. Dishahihkan oleh al-Albani dalam Shahih Sunan Abu Dawud (1318))
Atau dengan cara mengangkat tangan hingga nampak putih ketiaknya.
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam bersabda,
مَا مِنْ عَبْدٍ يَرْفَعُ يَدَيْهِ حَتَّى يَبْدُوَ إِبِطُهُ يَسْأَلُ اللّٰهَ مَسْأَلَةً إِلَّا آتَاهَا إِيَّاهُ
“Tidaklah seorang hamba mengangkat kedua tangannya hingga nampak ketiaknya dan memohon suatu permohonan kecuali Allah mengabulkan permohonannya itu …” (HR at-Tirmidzi (3603) dari Abu Hurairah. Lihat Shahih at-Tirmidzi)
Kaifiyat seperti itu menunjukan ketergantungan seorang hamba kepada Allah, kebutuhannya kepada Allah dan permohonannya yang sangat kepada-Nya.
4. Mulailah dengan mengucapkan hamdalah dan puji-pujian kepada Allah Ta’ala serta bershalawat atas Nabi shalallahu ‘alaihi wa salam
Hal ini akan membuat doa kita lebih terkabulkan. Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam pernah mendengar seorang laki-laki berdoa dalam shalatnya dan dia tidak mengagungkan Allah dan tidak bershalawat atas Nabi shalallahu ‘alaihi wa salam. Maka Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam bersabda,
“Jika salah seorang dari kalian shalat hendaklah ia memulainya dengan mengucapkan hamdalah serta puja dan puji kepada Allah, kemudian bershalawat atas Nabi shalallahu ‘alaihi wa salam, kemudian setelah itu ia berdoa apa yang ia inginkan.” (HR Abu Dawud (1481) dan an-Nasa’i (44/3) dan at-Tirmidzi (3477) dan dishahihkannya, dari Fudhail bin Ubaid. Lihat Shahih Abu Dawud (1314))
“Semua doa terhalang sehingga diucapkan shalawat atas Nabi shalallahu ‘alaihi wa salam.” (HR ad-Dailami di dalam Musnad al-Firdaus (III/4791) dari Ali, dalam hadits lain diriwayatkan dari Anas. Diriwayatkan juga dari Ali secara mauquf yang diriwayatkan ath-Thabrani dalam al-Ausath, dan al-Baihaqi di dalam asy-Syu’ab. Al-Haitsami dalam al-Majma’ (X/160): “Para perawinya tsiqat.” Lihat Shahih al-Jami’ (4523))
5. Mulailah dengan berdoa untuk diri sendiri terlebih dahulu
Itulah tuntunan doa dalam al-Qur’an seperti yang disebutkan dalam ayat,
رَبِّ اغْفِرْ لِي وَلِوَالِدَيَّ
“Ya Rabbi! Ampunilah aku dan kedua ibu bapakku.” (QS Nuh: 28)
6. Bersungguh-sungguh dalam meminta
Jangan ragu dalam berdoa atau mengucapkan pengecualian, “jika engkau berkehendak ya Allah, berikanlah kepadaku ini dan ini.”
7. Menghadirkan hati dalam berdoa
Seorang insan hendaklah menghadirkan hati, memusatkan pikiran, mentadaburi doa yang ia ucapkan, serta menampakkan kebutuhan dan ketergantungannya kepada Allah. Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam bersabda,
“Berdoalah kepada Allah sementara kalian yakin doa kalian akan dikabulkan. Ketahuilah sesungguhnya Allah tidak akan mengabulkan doa dari hati yang lalai dan lengah.” (HR at-Tirmidzi (3479) dan al-Hakim (493/1) dari Abu Hurairah. Lihat Shahih Sunan at-Tirmidzi)
8. Gunakan kata-kata singkat dan padat serta doa-doa yang ma’tsur
Tidak syak lagi bahwa kata-kata yang paling padat dan paling singkat dan paling agung berkahnya adalah doa-doa yang diriwayatkan dari Nabi shalallahu ‘alaihi wa salam. Namun jika tidak hafal, ia boleh berdoa dengan bahasa yang ia pahami.
9. Bertawasul dengan nama dan sifat-sifat Allah Ta’ala
Sebagaimana firman Allah,
وَلِلَّهِ الأسْمَاءُ الْحُسْنَى فَادْعُوهُ بِهَا
“Hanya milik Allah asmaul husna, maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut asmaul husna itu.” (QS al-A’raf: 180)
Atau bertawasul dengan menyebut amal shalih yang telah dia lakukan sebagaimana disebutkan dalam hadist shahih yang mahsyur tentang tiga orang yang terperangkap di dalam gua.
10. Memperbanyak ucapan ‘Yaa Dzal Jalaali wal Ikraam’
Sesungguhnya Nabis shalallahu ‘alaihi wa salam bersabda,
أَلِظُّو ابِيَا ذَاالْجَلَالِ وَالْإِكْرَامِ
“Ulang-ulangilah ucapan Yaa Dzal Jalaali wal Ikraam.” (HR at-Tirmidzi (3525) dan yang lainnya. Dari Anas. Lihat Shahih at-Tirmidzi (2797). Diriwayatkan juga dari hadits Rabi’ah)
Yaitu selalu ucapkan dan perbanyaklah ucapan itu dalam doa-doa kalian. Karena hal itu merupakan kata-kata pujian yang sangat tinggi bagi Allah. Dan memperbanyaknya akan membantu terkabulnya doa.
11. Mencari waktu-waktu yang mustajab dan tempat-tempat yang utama
Ada beberapa waktu dan tempat mustajab untuk berdoa yang telah disebutkan dalam sejumlah nash syar’i. Dan sebaiknya orang yang berdoa mencari waktu tersebut dan memperbanyak doa pada waktu-waktu tersebut. Di antaranya adalah waktu antara adzan dan iqamah, di dalam shalat, ketika berpuasa, di bagian akhir malam, hari-hari di bulan Ramadhan, sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah, pada hari Arafah, di medan perang, saat hujan turun dan tempat-tempat lain yang disebutkan dalam atsar.
12. Memperbanyak doa pada saat-saat lapang
Perbanyaklah doa pada saat lapang supaya Allah mengabulkan permintaan kita pada saat-saat sempit. Termasuk hikmah Allah dalam mentakdirkan suatu bala/musibah, bahwa Allah suka mendengarkan rintihan seorang hamba kepada-Nya. Dan suka melihat mereka kembali kepada-Nya pada saat-saat sempit. Apabila seorang insan bertadharru’ pada saat-saat lapang, niscaya akan segera dikabulkan permintaannya di saat ia dalam kesempitan.
Nabi shalallahu ‘alaihi wa salam bersabda,
مَنْ سَرَّهُ أَنْ يَسْتَجِيبَ اللّٰهُ لَهُ عِنْدَ الشَّدَاءِدِ وَالكَرْبِ فَلْيُكْثِرِ الدُّعَاءَ فِي الرَّخَّاءِ
“Barangsiapa suka Allah mengabulkan doanya pada saat-saat sempit dan sulit hendaklah ia banyak-banyak berdoa pada saat-saat lapang.” (HR at-Tirmidzi (3382) dan al-Hakim (I/544) dan dishahihkannya, lalu disetujui oleh adz-Dzahabi dari Abu Hurairah. Lihat Shahih Sunan at-Tirmidzi)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar