Bagi penikmat media-media berita baik itu koran maupun televisi
niscaya akan sering mendengar dan membaca berbagai berita tentang
perbuatan kriminal dan mungkar. Entah itu berita korupsi, perzinaan,
perselingkuhan, pencurian, pembunuhan, penyiksaan, kerusakan akhlak dan
lain sebagainya. Memang berita-berita tersebut sudah menjadi konsumsi
yang digemari banyak orang dan sumber pemasukan untuk menyedot banyak
pembaca bagi media-media tersebut. Sebagian mungkin beranggapan bahwa
itu perlu diketahui dalam rangka kontrol sosial, mengetahui waqi’
(realitas umat) dan sebagai bahan untuk mengkritik pemerintah. Namun
pada kenyataannya yang banyak terjadi hanyalah sekedar konsumsi mata dan
hati tatkala beristirahat selepas kerja, untuk refreshing dan dianggap
‘hiburan’ oleh kebanyakan orang yang tidak memiliki kemampuan atau
kekuasaan apa-apa untuk merubahnya. Jangan-jangan dalam hatinya pun
tidak terbersit rasa benci sama sekali.
Seorang ulama, Syaikh Musthafa al-Adawy, menjelaskan secara ringkas
tentang hal yang berkaitan dengan memperdengarkan berita-berita buruk
ini. Alloh Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
لا يُحِبُّ اللَّهُ الْجَهْرَ بِالسُّوءِ مِنَ الْقَوْلِ إِلا مَنْ ظُلِمَ وَكَانَ اللَّهُ سَمِيعًاعَلِيمًا
“Allah tidak menyukai ucapan buruk (yang diucapkan) dengan terang
kecuali oleh orang yang dianiaya. Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha
Mengetahui.” (an-Nisa: 148)
Yang demikian itu karena kata-kata buruk akan membantu tersebarnya kejahatan dan kemaksiatan.
Contoh sederhana saja, jika anda mendengar beberapa orang bercerita
bahwa si fulan melakukan zina, anda pasti tidak senang dan anda akan
membenci si fulan yang berzina. Setelah beberapa hari anda mendengar
kabar bahwa fulan yang lain berzina dengan mahramnya, maka rasa benci
anda kepada pelaku zina yang pertama akan berkurang dan kebencian itu
akan terarah kepada pelaku zina dengan mahramnya. Bebeapa hari kemudian
anda mendengar masyarakat bercerita bahwa fulan yang lain lagi melakukan
zina di tempat umum dan terbuka, di pinggir jalan. Mendengar kabar itu
pasti anda akan lupa dari pelaku zina dengan mahramnya dan kebencian
anda akan terarah kepada pelaku zina di tempat umum. Jadi begitulah,
kemungkaran akan menjadi hal biasa jika banyak dibicarakan.
Jika ada di sebuah kampung di mana tidak ada satu pun dari
penduduknya yang meminum minuman keras, kemudian pada suatu ketika
terdengar kabar bahwa salah satu penduduknya meminum minuman keras, maka
semua penduduk akan membenci peminum itu. Namun jika mereka pergi ke
kota dan melihat minuman keras dijual di pinggir-pinggir jalan dan
begitu sering dibicarakan, maka perbuatan itu lambat laun akan dianggap
sebagai perbuatan biasa. Oleh karenanya mengucapkan kata-kata buruk
tidak diperkenankan.
Alloh berfirman,
إِنَّ الَّذِينَ يُحِبُّونَ أَنْ تَشِيعَ
الْفَاحِشَةُ فِي الَّذِينَ آمَنُوا لَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ فِي الدُّنْيَا
وَالآخِرَةِ وَاللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنْتُمْ لا تَعْلَمُونَ
“Sesungguhnya orang-orang yang ingin agar (berita) perbuatan yang
amat keji itu tersiar di kalangan orang-orang yang beriman, bagi mereka
azab yang pedih di dunia dan di akhirat. Dan Allah mengetahui, sedang
kamu tidak mengetahui.” (an-Nur: 19)
Dan sudah dipaparkan bahwa Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam bersabda,
فليقل خيرا او ليصمت
“… maka ucapkanlah kata-kata yang baik atau diam.” (HR Bukhari dan Muslim)
Ini akan mencegah tersebarnya keburukan.
Demikian penjelasan Syaikh Musthafa al-Adawy.
Apabila kita bisa menjaga diri dari menyebarkan berita-berita buruk,
maka selanjutnya seperti halnya kita menjaga kesehatan tubuh dengan
menghindari mengkonsumsi makan-makanan yang buruk yang bisa merusak
kesehatan, maka terlebih lagi jika itu adalah makanan hati. Bacaan dan
ilmu ibarat makanan bagi hati dan akal. Permasalahan ini cakupannya
tentu akan lebih luas lagi, tidak hanya sekedar masalah bacaan atau
tontonan di media massa.
Ternyata mati rasa tidak hanya terjadi pada kulit, tetapi bisa juga terjadi pada hati. Wallohu a’lam wa nas’alulloha al’afiyah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar