dua kuntum mawar dari bukit zamrud

dua kuntum mawar dari bukit zamrud

Sabtu, 29 Desember 2012

Keutamaan Takbir Serta Memahami Makna Kebesaran dan Keagungan Allah

Sesungguhnya takbir itu masalah penting dan pahalanya sangat besar di sisi Allah. Terdapat banyak nash yang mendorong, menganjurkan dan menyebut-nyebut pahalanya.
Allah berfirman,
“Dan katakanlah: “Segala puji bagi Allah Yang tidak mempunyai anak dan tidak mempunyai sekutu dalam kerajaan-Nya dan Dia bukan pula hina yang memerlukan penolong dan agungkanlah Dia dengan pengagungan yang sebesar-besarnya.” (QS al-Isra: 111)
Allah berfirman tentang puasa,
“Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.” (QS al-Baqarah: 185)
Allah berfirman tentang haji dan ibadah-ibadah di dalamnya yang dapat mendekatkan diri kepada-Nya,
“Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya. Demikianlah Allah telah menundukkannya untuk kamu supaya kamu mengagungkan Allah terhadap hidayah-Nya kepada kamu. Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik.” (QS al-Hajj: 37)
Allah juga berfirman,
“Hai orang yang berkemul (berselimut), bangunlah, lalu berilah peringatan! dan Tuhanmu agungkanlah.” (QS al-Mudatstsir: 1-3)
Syaikh al-Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullahu mencoba menerangkan tentang keutamaan takbir, “Takbir dikumandangkan saat adzan, saat-saat hari raya dan acara-acara ritual lainnya. Takbir adalah salah satu kalimat terbaik selain al-Qur’an, yakni kalimat subhanallah, walhamdulillah, walaa ilaaha illallah, wallahu akbar, seperti yang telah disebutkan dalam sebuah riwayat dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa salam dalam Shahih al-Bukhari dan Shahih Muslim. Tidak ada satu pun atsar yang mengganti kalimat Allahu Akbar dengan kalimat Allahu A’zham, kendatipun artinya identik. Karena itulah sebagian besar ulama ahli fiqih menetapkan bahwa shalat tidak sah kalau yang dibaca adalah kalimat Allahu A’zham, bukan Allahu Akbar. Hal itu berdasarkan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa salam,
”Kunci shalat adalah bersuci, permulaannya adalah takbir dan penutupnya adalah salam.” Ini adalah pendapat Imam Malik, Imam Syafi’i, Imam Ahmad, Imam Abu Yusuf, Imam Abu Daud dan yang lain. Jadi kalau orang membaca selain itu, seperti kalimat dzikir subhanallah atau walhamdulillah, maka shalatnya tidak sah.
Takbir selalu menyertai seorang muslim dalam banyak ibadah dan berbagai bentuk ketaatan. Seorang muslim akan bertakbir membesarkan Allah ketika ia telah berhasil menyempurnakan hitungan puasa Ramadhan. Ia pun bertakbir membesarkan Allah dalam ibadah haji, seperti yang telah diisyaratkan oleh dalil al-Qur’an dalam pembicaraan sebelumnya. Di dalam shalat, takbir adalah sangat penting dan punya kedudukan cukup tinggi. Ketika menyerukan shalat, dianjurkan membaca takbir. Ketika iqamat harus membaca takbir. Dan ketika memulainya juga harus membaca takbir. Bahkan takbiratul ihram merupakan salah satu rukun shalat. Ia terus meyertai seorang muslim dalam setiap gerakannya, gerakan naik dan gerakan turun.
Diriwayatkan oleh al-Bukhari dan Muslim dalam Shahih mereka dari hadits Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam ketika berdiri hendak shalat beliau bertakbir hingga berdiri, kemudian beliau bertakbir ketika akan ruku’, kemudian membaca sami’allahu liman hamidah ketika bangkit dari ruku’, kemudian membaca rabbanaa lakal hamdu, kemudian beliau bertakbir ketika akan turun, kemudian bertakbir lagi ketika mengangkat kepala, kemudian bertakbir ketika sujud, kemudian bertakbir lagi ketika mengangkat kepala. Begitulah yang ia lakukan dalam setiap shalat sampai selesai, dan bertakbir lagi ketika bangkit raka’at kedua setelah duduk tasyahhud.” [Shahih al-Bukhari no 789, Shahih Muslim no 392]
Dengan demikian takbir itu terus terulang beberapa kali bersama seorang muslim dalam shalatnya. Dalam shalat fardhu yang empat raka’at terdapat dua puluh dua kali takbir. Dalam shalat fardhu yang dua raka’at terdapat sebelas kali takbir. Dan setiap raka’at ada lima kali takbir. Jadi selama sehari semalam dalam shalat fardhu lima waktu saja seorang muslim bertakbir mengagungkan Allah sebanyak 94 kali takbir. Itu belum termasuk takbir yang dibaca dalam shalat sunnat rawatib dan shalat-shalat sunnat yang lain. Belum lagi takbir yang dibaca setiap selesai shalat fardhu sebanyak 33 kali. Jadi total keseluruhannya selama sehari semalam seorang membaca takbir sebanyak 342 kali. Ini jelas merupakan keutamaan takbir yang oleh Allah dijadikan sebagai bagian yang menonjol dan penting dari shalat. Jumlah sebanyak itu belum memasukan takbir yang dibacanya dalam adzan dan dalam iqamah yang sehari semalam saja sebanyak 50 kali, ditambah ketika menjawabi muadzin. Tentunya jumlahnya akan bertambah banyak lagi.
Tetapi kalau seorang muslim dalam bertakbir tidak terikat oleh waktu, maka selama sehari semalam ia bisa membacanya dalam jumlah yang tak terhitung. Hanya Allah saja yang mengetahuinya.
Menafsiri firman Allah dalam surat al-Isra ayat 111 berbunyi “Dan agungkanlah Dia dengan pengagungan yang sebesar-besarnya” Ibnu Jarir rahimahullahu mengatakan, “Allah berfirman, ‘Muhammad, agungkanlah Tuhanmu dengan ucapan atau perbuatan yang Aku perintahkan kamu untuk mengagungkan-Nya. Taatlah kepada-Nya terhadap apa yang Dia perintahkan dan Dia larang.” [Jami’ al-Bayan IX/179]
Sementara Syaikh Muhammad Amin asy-Syanqithi rahimahullahu dalam menafsiri ayat tersebut mengatakan, “Agungkanlah Allah dengan seagung-agungnya. Perlihatkan pengagunganmu kepada-Nya itu dengan cara selalu mentaati perintah-perintah-Nya, menjauhi larangan-larangan-Nya dan bergegas melakukan setiap amal yang diridhai-Nya.”[Adhwa al-Bayan III/635]
Ini mengandung isyarat bahwa seluruh ajaran agama itu dianggap sebagai uraian atau penjabaran kalimat Allahu Akbar. Seorang muslim yang melakukan semua bentuk ketaatan dan ibadah, pada hakikatnya ia mengagungkan Allah dan memenuhi hak serta kewajibannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar